Sabtu, 27 Februari 2010

CINTAKU HANYALAH KEPADA ALLAH SWT


Cinta adalah sesuatu yang indah, membuat yang merasakannya begitu senang dan bahagia. Rasa cinta terhadap seseorang menjadikannya begitu ekspresif dan kreatif sehingga banyak kisah yang dituangkan dalam bentuk film, drama, dan pertunjukan lainnya. Kisah roman percintaan dalam novel atau cerita pendek digambarkan demikian indah, membuat kita terbuai, larut dalam ceritanya.. Begitu pula dengan untaian puisi, syair, dan lagu. Tak terhitung banyaknya lagu tentang cinta, dari yang gembira ketika jatuh cinta hingga yang sedih mendayu-dayu ketika ditinggal kekasih.

“Jatuh cinta berjuta rasanya... dia datang dan pergi terbayang wajahnya...

Jatuh cinta berjuta indahnya, tertawa menangisnya karena jatuh cinta oh asyiknya...“

“Cintaku, gelora asmara seindah lembayung senja, tiada ada yang kuasa melebihi indahnya nikmatnya cinta.”

‘Aku cinta padamu, sungguh...aku cinta padamu kasih..”

“Begetar hatiku, saat ku jatuh cinta padamu, di dalam hati kutuliskan nama dirimu..”

Banyaknya syair dan lagu yang diilhami oleh cinta karena manusia merasakan betapa indahnya cinta itu. Cinta diwujudkan dalam ungkapan rasa kasih dan sayang. Betapa beruntungnya kita memiliki Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ia telah menetapkan atas diriNya untuk menebarkan kasih sayang (Qs 6:12). Kasih sayang merupakan sifat dari namaNya yang indah ArRahman ArRahim, yang mengutus Rasulullah SAW untuk menebarkan kasih sayang ke seluruh penjuru alam semesta (Qs 21:107). Dengan sifatNya itu, Allah mengampuni semua dosa-doa, ketika kita memohon ampun, meki begitu banyak dan besarnya dosa kita. Karena kasih sayang Allah, lebih besar dari amarahNya (Hadits, Bukhari-Muslim).

Namun pernahkah kita mengungkapkan rasa cinta kepada Sang Pemilik Rasa Kasih Sayang itu? Apakah kita sudah membalas cintanya Allah SWT? Jangan-jangan kita “lupa’ mencintainya. Karena seringkali tanpa disadari kita lebih memikirkan orang lain dari pada memikirkan Allah dan penciptaan alam semesta. Seringkali kita mendendangkan lagu tapi isi syairnya terkesan bahwa bukan Allah SWT semata yang kita cintai. Simaklah syair lagu berikut ini:

“Aku mau hidup denganmu, aku mau matipun karenamu, aku mau sisa waktuku bersamamu...kaulah hidup dan matiku...”

“Kau tercipta hanya untukku, aku lahir hanya untukmu.. janganlah bimbang janganlah ragu…hatiku hanyalah milikmu seorang...”

“Akulah penjagamu, akulah pelindungmu, akulah pendampingmu di setiap langkah-langkahmu...“

“Aku mau makan ingat kamu, aku mau tidur ingat kamu...”

“Kau adalah darahku, kau adalah jantungku, kau adalah hidupku, lengkapi diriku, oh sayangku kau begitu... sempurna”

Itulah sebagian syair lagu yang senantiasa disukai dan kerap dinyanyikan. Melodinya begitu indah, sampai tak terasa kita hanyut didalamnya. Sering diputar di radio, dan televisi. Membuat kita dengan sendirinya hafal, lalu tanpa sadar turut mendendangkannya...

Begitu besar cinta seseorang terhadap orang lain. Tanpa menyadari bahwa ada yang harus dicintai melebihi segalanya, yakni rasa cinta kepada Sang Pencipta. Dari lagu “Kaulah hidup dan matiku”, bukankah dalam sholat kita senantiasa membaca doa Iftitah (pembuka), “Sesungguhnya, sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata hanya untuk Allah Rabbal Alamiin”?

“Kau tercipta hanya untuku?” bukankah kita diciptakan untuk beribadah kepadanya? Tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku (Ad Dzariyat: 56).

“Kau begitu sempurna.” Bukankah tidak ada manusia yang sempurna? Setiap manusia memiliki kekurangan. Yang Maha Sempurna hanya Allah SWT.

“Akulah pelindungmu, akulah penjagamu di setiap langkah-langkahmu...”

Siapakah penjaga dan pelindung kita sesungguhnya? Bukankah Allah SWT satu-satunya tempat kita memohon dan berlindung? “Allah sebaik-baiknya penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang (Qs. Yusuf : 64)

“Kemana-mana ingat dirimu?” Bukankah hakekat dzikir adalah mengingat Allah, baik dikala berdiri, duduk maupun dalam keadaan berbaring..? (Qs Ali Imran: 191)

Lebay alias berlebih-lebihan dalam mencintai sesama makhluk ciptaan Allah tak ubahnya seperti kita “menyembah” sesuatu selain Allah. Bila hati berdebar dan gemetar ketika teringat kekasih lalu bagaimana hati kita bila mengingat Allah? Oleh karena itu cobalah dirasakan, apakah hati gemetar ketika ada yang menyebut nama Allah dan membaca ayat-ayat Al Quran? “Sesungguhnya orang yang beriman itu, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya, bertambahlah keimanannya..” (Qs Al Anfaal :2)

Boleh saja mencintai lawan jenis, suami/isteri atau anak bahkan harta benda, tapi hendaklah jangan melebihi kecintaan kita terhadap Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT begitu mencintai kita dan meghendaki agar kita kembali ke tempat yang terbaik. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disi Allah tempat kembali yang baik (surga). (Qs Ali Imraan: 14).

Semoga Allah SWT mengampuni semua dosa, kekeliruan dan kesalahan kita. Jadi, mari nyanyikan lagu (cinta yang lebay) dengan menggantikan maknanya dihati agar ditujukan semata-mata hanya untuk Allah SWT: “...Terima kasih CINTA untuk segalanya KAU berikan lagi kesempatan itu, tak akan terulang lagi semmuuuaaa... kesalahanku... yang pernah ‘menyakiti’MU...” dst.